## ‘Saya Sakit’: Kontroversi Pacquiao vs.
Barrios Picu Kegemparan Dunia TinjuLas Vegas bergemuruh, bukan karena sorak sorai kemenangan, melainkan karena amarah dan kebingungan.
Manny Pacquiao, sang legenda Filipina, seolah telah menulis babak baru dalam karier gemilangnya pada laga comeback yang kontroversial melawan juara WBC, Mario Barrios.
Namun, para juri, dengan keputusan yang mengejutkan dan kontroversial, merampas momen itu darinya.
Laga ini, yang sejak awal dikritik karena dianggap sebagai upaya Pacquiao mencari uang, justru menyajikan tontonan yang memukau.
Di usia 45 tahun, Pacquiao menunjukkan bahwa api semangatnya belum padam.
Gerakan kaki yang lincah, pukulan kombinasi yang mematikan, dan insting bertarung yang tajam, semua masih ada.
Ia mendominasi Barrios sepanjang pertarungan, mendaratkan pukulan telak yang membuat Barrios terlihat goyah di beberapa ronde.
Statistik berbicara sendiri.
Pacquiao unggul jauh dalam jumlah pukulan yang mendarat, akurasi pukulan, dan bahkan dominasi ring.
Barrios, meskipun berstatus juara bertahan, terlihat kesulitan mengimbangi kecepatan dan agresivitas Pacquiao.
Ia hanya mampu mengandalkan ukuran tubuhnya yang lebih besar dan sesekali melancarkan pukulan balasan yang tidak terlalu efektif.
Namun, ketika bel akhir berdering, dan kedua petinju menunggu keputusan, suasana di arena menjadi tegang.
Pengumuman skor juri, bagai petir di siang bolong, memicu badai protes.
Dua juri memberikan kemenangan kepada Barrios, sementara satu juri memberikan kemenangan tipis kepada Pacquiao.
Keputusan ini, yang secara resmi menganugerahkan kemenangan kontroversial kepada Barrios, memicu kegemparan di dunia tinju.
“Saya sakit,” ujar Pacquiao singkat, saat diwawancarai setelah pertandingan.
Kata-kata ini, meskipun sederhana, menggambarkan kekecewaan mendalam yang ia rasakan.
Ia, seorang petinju yang telah memberikan segalanya untuk olahraga ini, merasa dicurangi.
Kontroversi ini bukan hanya tentang satu pertandingan, tetapi tentang integritas olahraga tinju.
Bagaimana mungkin, dengan dominasi yang begitu jelas, para juri mampu memberikan kemenangan kepada petinju yang kalah?
Apakah ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan mereka?
Pertanyaan-pertanyaan ini menggantung di udara, mencoreng citra tinju profesional.
Sebagai seorang jurnalis yang telah mengikuti karier Pacquiao selama bertahun-tahun, saya merasa terpukul.
Saya melihat semangat juang, dedikasi, dan talenta luar biasa yang ia tunjukkan di atas ring.
Ia adalah ikon, inspirasi bagi jutaan orang.
Keputusan ini tidak hanya merampas kemenangan dari Pacquiao, tetapi juga merusak warisan yang telah ia bangun dengan susah payah.
Ke depan, dunia tinju harus berbenah diri.
Regulasi yang lebih ketat, pengawasan yang lebih ketat, dan juri yang lebih kompeten harus diterapkan untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Jika tidak, olahraga ini akan kehilangan kredibilitasnya dan ditinggalkan oleh para penggemar.
Manny Pacquiao mungkin telah kalah dalam pertandingan ini, tetapi ia tetaplah seorang juara di hati para penggemarnya.
Ia telah membuktikan bahwa usia hanyalah angka, dan bahwa semangat juang tidak mengenal batas.
Kini, dunia tinju menunggu reaksinya, dan berharap ia akan terus berjuang demi keadilan dan integritas olahraga yang ia cintai.